MUSIK DAN SPIRITUALISME

Musik ibarat oksigen atau bahasa. Ia ada di mana-mana. Dan hubungannya selalu naik-turun dengan masyarakat Muslim, walaupun kerap menjadi kendaraan untuk berdakwah, ekspresi pribadi dan kultural, atau perjalanan spiritual. Ulama besar seperti al-Ghazali dan al-Farabi  punya minat khusus pada musik. Di Indonesia, ada musisi seperti Rhoma Irama, Bimbo, dan Nasida Ria. Dalam gerakan rohis (kerohanian Islam), ada berbagai macam nasyid–lagu-lagu senandung tanpa alat musik bertema Islam. Bahkan dalam kesempatan Ramadan, band-band terkenal pernah mempunyai album religi, seperti Gigi dan Ungu. Musik menjadi oase spiritualisme, termasuk sebagai syiar dan dakwah.

 

Namun, tentu saja banyak Muslim yang menolak musik, khususnya alat musik. Misalnya bisa kita lihat dalam Khuda Kay Liye (Pakistan, 2007) atau The Perfect Candidate (Arab Saudi, 2019), yang menjadi pembuka Madani International Film Festival 2022. Film perwakilan resmi Arab Saudi untuk Academy Awards ini mengungkapkan dinamika musisi di Timur Tengah. Film-film yang diseleksi pada program ini semoga bisa menjadi pemantik diskusi lebih dari sekadar fiqh-oriented halal haram, tetapi juga bisa dibaca sebagai bagian dari dinamika dunia Muslim yang manusiawi, sosial-kultural, bahkan ekonomis dan politis.

 

Di program Musik, kita bisa juga melihat berbagai macam genre musik, di antaranya tarling (dalam Tarling is Darling, 2017) dan rap (Salam). Tujuannya untuk menekankan bahwa musik dalam tradisi Living Islam sangat kaya, tidak hanya seputar nasyid, gambus, kasidah, dan album reliji dari band terkenal belaka.

 

Musik dalam keseharian dalam konteks budaya Muslim, tidak terelakkan dan disukai segala kalangan, menjadi bagian dari keseharian mereka, baik itu di negeri yang mayoritas Muslim, pada komunitas diaspora, bahkan pada pengungsi perang. Menjalani Islam juga terlihat dalam dua film, Unkapani: The Endless Tale (Turki, 2021), yang menjelaskan tentang jatuh-bangun perusahaan rekaman Unkapani Recorders Bazaar di tengah gempuran digitalisasi yang mengalahkan kaset dan CD, dan Forbidden Strings (2019), yang bercerita tentang anak-anak imigran Afghanistan di Iran, yang mendirikan band rock dan berencana manggung di negeri asalnya walau mendapatkan banyak tantangan.

 

Ekky Imanjaya

 

MUSIK DAN SPIRITUALISME

Speakers
Zein Panzer (Musician)
Nyak Ina Raseuki (Composer)

 

Moderator
Krisnadi Yuliawan (Author)

 

Sunday, October 9, 2022, at 2 - 3.30 pm | Galeri Cipta 1 Taman Ismail Marzuki

TARLING IS DARLING

Ismail Fahmi Lubis | Musical Documenter | 2017 | 114 min | Indonesia | Sub: English | 18+

 

Sebagai musik tradisional, Tarling Dangdut sangat disukai sekaligus dihujat karena dianggap cabul. Film ini bercerita tentang penulis lagu Tarling Dangdut yang suka “nakal” tapi berusaha melayani jasa menulis lagu Tarling Dangdut yang religius. Pengambilan gambarnya memanfaatkan pendekatan yang intim terhadap semua karakter, dengan menggunakan teknik single-shot-cinema. ang dialami karakter-karakternya. Tarling Is Darling adalah film dokumenter musikal yang diperlakukan sebagai film panjang yang menghibur. 

 

Awards:
Winner Asian Vision Competition, Taiwan International Documentary Film Festival 2018
Nominee Piala Citra, Best Documentary Feature, Festival Film Indonesia 2017

 

*Sutradara akan hadir.

THE FORBIDDEN STRINGS

Hasan Noori | Documentary | 2019 | 72 min | Afganistan, Iran, Qatar | Sub: English | 13+

 

Akbar, Soori, Mohammed, dan Hakim, anak-anak dari orang tua Afghan yang melarikan diri ke Iran pada 1980-an, mendirikan sebuah band rock. Walaupun menghadapi bahaya, mereka mengimpikan tampil di Afghanistan. 

 

Awards:
Winner, Best documentary, Royal Starr Film Festival 2021

UNKAPANI

Tayfun Belet | Drama | 2021 | 50 min | Turkey | Sub: English | All Age

 

Mereka adalah orang-orang yang tidak percaya bahwa dongeng ini telah berakhir, orang-orang yang tidak bisa kembali, orang-orang yang berdiam. Orang-orang yang masih berharap menjadi tenar terlepas dari tahun-tahun sarat kekecewaan, yang tak punya tempat lain untuk dituju. Unkapani: The Endless Tale adalah cerita tragikomedi tentang orang-orang yang menghubungkan harapan mereka akan ketenaran dengan suatu tempat; orang-orang yang tidak meninggalkan panggung dongeng yang telah berakhir demi impian mereka.