Migrasi
Migrasi atau perpindahan yang dilakukan oleh manusia dengan berbagai tujuan tidak akan pernah berhenti terjadi. Manusia melakukan perpindahan karena faktor yang memaksa seperti perang atau faktor sukarela seperti untuk meningkatkan karir. Migrasi selalu membawa konsekuensi, terutama yang dilakukan karena terpaksa atau dorongan akibat tidak terpenuhinya hak ekonomi dan hak asasi manusia, seperti dalam kondisi perang atau konflik.
Di program Madani kali ini kita akan menengok secara mendalam pelaku migrasi dan konsekuensi dari perpindahan yang dilakukan. Banyak dari mereka yang mengalami kekerasan, trauma, depresi, dan kecemasan akut akibat konsekuensi perpindahan yang mereka lakukan.
Program ini menghadirkan film-film dari Indonesia, Iran, dan Malaysia. Kami akan menghadirkan film produksi SBMI dan Greenpeace untuk mengenal lebih dekat kisah ABK (Awak Buah Kapal) Indonesia yang seringkali mendapatkan perlakukan tidak manusiawi dan bahkan berakhir dengan kematian. Lalu ada perempuan pekerja migran Indonesia yang menceritakan lika-liku hidupnya kala bekerja di negeri orang dan seorang ayah yang lari dari perang bersama bayinya.
Migrasi bukan hanya perpindahan manusia melintasi negara dan benua lain. Lebih dari itu, konsekuensi yang ditanggung oleh pelaku migrasi haruslah mendapat perhatian kita semua agar kita bisa bersama-sama memberikan dukungan terhadap mereka yang seringkali mendapat ketidakadilan.
Program Film
Homebound
Ismail Fahmi Lubis | Documentary Animation | 2022 | 17 min | Indonesia | Sub: English | All Age
Tari mengidamkan pulang ke Indonesia setelah lebih dari 10 tahun bekerja di Taiwan. Ketika pandemi COVID-19 melanda, rencananya ambyar dan terlihatlah minimnya hak bagi pekerja migran yang rentan dan kekeliruan informasi yang sistemik. Melalui narasi orang pertama, Tari mengungkapkan kisah pribadi terkait keputusannya untuk bekerja di Taiwan, hubungan keluarganya yang kurang harmonis, risiko bekerja di luar negeri, dan jebakan yang ia alami. Tari berbagi cerita yang intim tentang bagaimana hubungannya dengan putranya telah memburuk, menyibakkan rasa bersalah yang ia rasakan karena meninggalkan anak itu.
Homebound adalah penggambaran dekat akan pengalaman pekerja migran di luar negeri. Film ini merupakan seruan yang membuka mata bagi mereka yang telah berkontribusi pada sebuah sistem yang mengambil keuntungan dari seribuan perempuan setiap tahunnya.
Awards:
Best Short Documentary, Balinale 2022, Indonesia.
Best Short Documentary, The 8th Shahr International Film Festival, 2022, Iran.
Best Human Right Short Documentary, Freedom Film Festival 2022, Malaysia.
*Sutradara dan produser akan hadir pada diskusi pasca-pemutaran.
MIDDLE EASTERN STORIES: FATHER
Reza Daghagh | Drama | 2022 | 17 min | Iran | Sub: English | 13+
Seorang ayah berniat membawa anaknya yang masih kecil pergi dari negeri yang dilanda perang. Ia berusaha bersembunyi di dalam kontainer untuk melarikan diri dan melintasi perbatasan tapi, dengan adanya pengungsi-pengungsi lain, sukar baginya untuk mencapai tujuannya, hingga di titik di mana peristiwa-peristiwa tak disangka terjadi padanya dan para pengungsi lainnya.
RASA DAN ASA
Nasrikah, Okui Lala | Documentary | 2022 | 27 min | Malaysia | Sub: English | All Age
Rasa dan Asa mengikuti kegiatan PERTIMIG dan perjalanan para anggotanya selama pandemi COVID-19. PERTIMIG (Persatuan Pekerja Rumah Tangga Indonesia Migran) adalah organisasi independen yang berjuang demi hak-hak pekerja domestik migran. Organisasi ini mengadvokasikan pekerjaan layak dan kesejahteraan bagi para pekerja domestik di Malaysia. Selain rekaman kegiatan-kegiatan daring selama Juni–September 2021, kebanyakan gambar dalam film ini diambil dari jarak jauh oleh para anggota PERTIMIG menggunakan telepon pintar selama Perintah Kawalan Pergerakan di Malaysia. Saat ini PERTIMIG menggunakan video ini untuk menjangkau para pekerja domestik lain di negeri tersebut.
Awards:
Finalist of Best Human Right Short Documentary, Freedom Film Festival 2022, Malaysia.
HELP IS ON THE WAY
Ismail Fahmi Lubis | Documenter | 2020 | 91 min | Indonesia | Sub: English | 13+
Setiap tahun, ratusan perempuan seperti Sukma, Meri, Muji, dan Tari direkrut oleh agen lokal. Mereka merupakan sebagian dari perempuan asal pedesaan yang bercita-cita untuk bekerja di luar negeri, seperti Taiwan, Hong Kong, dan Singapura. Dalam sistem rekrutmen, pelatihan, dan penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang korup, jutaan perempuan pedesaan Indonesia menaruh harapan dan impian mereka sebagai pekerja rumah tangga (PRT) di luar negeri. Dapatkah bantuan yang kompeten disalurkan ketika jalannya rusak?
Awards:
Citra Award, Best Feature Documentary, Festival Film Indonesia 2019
National Winner (Best Documentary Programme and Best Editor),Asian Creative Academy Awards, 2020.
Best Indonesian Documentary, Festival Film Dokumentar, 2020.
Best International Feature Documentary, Jakarta Independent Film Festival, 2020.
*Sutradara dan produser akan hadir pada diskusi pasca-pemutaran.
BEFORE YOU EAT
Kasan Kurdi | Documentary | 2022 | 97 min | Indonesia | Sub: English | 13+
Nasib Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia di kapal-kapal ikan asing di laut lepas tak senikmat hasil tangkapan mereka yang tersaji di restoran-restoran mahal. Kekerasan fisik, jam kerja yang panjang, makanan yang tidak layak, sakit tanpa pengobatan hingga berujung kematian kerap mereka alami. Film ini menceritakan eksploitasi yang dialami para ABK sejak sebelum berangkat, selama di kapal, hingga tiba kembali di Tanah Air. Beberapa gambar bahkan direkam langsung oleh para ABK menggunakan telepon seluler mereka. Para ABK juga berbagi kisah perjuangan menuntut hak mereka dan rekan-rekan mereka yang meninggal karena sakit hingga dilarung ke laut tanpa persetujuan keluarga. Kekerasan yang dialami, kontrak kerja yang tidak jelas, dan muslihat agen-agen perekrutan serta prosedur pengiriman ABK yang sumir, membuat praktik ini disebut sebagai “perbudakan modern”.
*Tim Before You Eat akan hadir pada diskusi pasca-pemutaran
THE SILHOUETTES
Afsaneh Salari | Documentary | 2020 | 80 min | Iran | Sub: English | 13+
Pada puncak serbuan Uni Soviet ke Afghanistan pada 1982, 1,5 juta orang Afghan menempuh perjalanan panjang menuju perbatasan Iran untuk melarikan diri dari perang. Taghi, yang lahir setelah generasi itu, merupakan kesaksian akan, dan tidak bersedia mewarisi, keterbatasan status pengungsi yang dimiliki orang tuanya. Ia pun mengarungi kungkungan protektif keluarganya untuk menyusuri identitasnya, dan pintu-pintu menuju masa depan, di tanah kelahiran yang tak pernah ia kenal. Seiring perang terus berkobar di Afghanistan, masa depan macam apa yang menantinya di tanah yang mana?
Awards:
Jury Special Mention for Best Documentary Feature, Visions du Reel
Director’s choice: Young talent award, Iranian Film Festival Zurich
First Prize, Kathmandu International Mountain Film Festival
Best Picture, Pakistan International Mountain Film Festival
Emerging Filmmaker Award (For The Silhouettes & The Forbidden Strings) Thin Line Film Festival
Next Award Prize, DMZ International Documentary Film Festival 2021
Lo Porto Prize, Terra Di Tutti Film Festival 2021
First Feature Film Prize, Traces de Vie International Documentary Film Festival 2021