Madani Classic

Melalui program Madani Classic kita memandang kebudayaan muslim dari perspektif yang beragam serta memahami peristiwa politik atau konflik melalui ekspresi sinematik yang sangat berbeda dari estetika media massa. Dalam program ini ada dua film dari benua Afrika. Keduanya memperlihatkan budaya muslim dalam keseharian melalui imajinasi dua sutradara, yaitu Ousmane Sembene dari Senegal dan Borhane Alaouie dari Lebanon.

 

Karya Ousmane Sembene dari tahun 1968 berjudul Mandabi. Film ini dibuat dalam bahasa Wolof dan diadaptasi dari karya tulisnya sendiri. Dengan cara yang kocak-ironis, Sembene memperlihatkan dunia kerja upahan dan birokrasi sebagai permainan kuasa yang menyusahkan orang kecil.

 

Film Beirutu al Lika dibuat pada 1981. Di sebuah kota yang hancur dan terbelah, dua kawan dekat Haydar dan Zeyna berupaya bertemu kembali. Dalam film ini, Borhane Alaouie tak banyak memberi petunjuk gamblang mengenai identitas spritual, tapi memberi penegasan pada dua dunia berbeda melalui kontras antara yang centang-perenang dan yang teratur, kemacetan lalu lintas dan ketimpangan akses telekomunikasi.
 

Kedua film dalam program Madani Classic tahun ini kembali menunjukkan keragaman film-film berlatar budaya muslim. Satu hal yang selalu nampak menarik dari setiap program Festival Madani adalah menyaksikan bagaimana masyarakat muslim hidup dalam pertemuan bahasa Arab dan bahasa lokal.

 

Lisabona Rahman

 

“Ratna Asmara: Perempuan di Dua Sisi Kamera”

MADANI IFF X KELAS LIARSIP

 

Karya dan kerja Ratna hampir tidak terdengar dalam pembahasan sejarah film Indonesia selama ini. Buku Ratna Asmara: Perempuan di Dua Sisi Kamera merupakan catatan perjalanan bersama para puan di Kelas Liarsip untuk memulihkan ingatan yang sudah terpinggirkan selama 70 tahun.

 

Menurut peneliti Umi Lestari, pada masa pasca-Reformasi di Indonesia penelusuran figur para puan dalam sejarah film lokal memiliki tantangannya sendiri. Peneliti berhadapan dengan minimnya materi arsip dan harus mengerahkan imajinasi untuk melengkapi referensi agar dapat merangkai sosok para puan dan agensinya dalam skena film di Indonesia. Panel ini akan membahas buku bunga rampai Ratna Asmara: Perempuan di Dua Sisi Kamera yang merupakan catatan proses kerja sama peneliti sejarah dan pelaku pelestarian film untuk merawat ingatan mengenai kerja para puan dalam sinema.

 

Berangkat dari penelitian Umi Lestari mengenai Ratna Asmara yang dimulai pada 2020, sekumpulan puan merancang kolaborasi dalam membaca materi arsip tertulis, foto, dan film seluloid. Proses kerja sama ini menghasilkan format digital Dr. Samsi (1952) yang merupakan karya penyutradaraan sekaligus pemeranan Ratna Asmara berdasarkan naskah drama yang ditulis oleh Andjar Asmara. Versi adaptasi Ratna ini adalah kisah intrik keluarga, konflik kelas, dan pertanyaan mengenai sikap moral maupun spiritualitas.

 

TENTANG KELAS LIARSIP

 

Kelas Liarsip merupakan kelompok belajar virtual yang berfokus pada arsip film, restorasi, dan sejarah perempuan dalam sinema Indonesia. Kelas ini berdiri pada Maret 2021. Liarsip dijalankan oleh enam perempuan dengan latar belakang beragam, namun diikat oleh keresahan dan perhatian yang sama. Mereka adalah Efi Sri Handayani (arsiparis film, ilustrator), Lisabona Rahman (arsiparis film), Umi Lestari (peneliti sejarah film), Julita Pratiwi (akademisi film, peneliti sejarah film), Imelda Mandala (programer, fotofrager), dan Siti Anisah (manajer arsip film).

 

Liarsip memutuskan untuk meminjam tradisi lama akan kelas liar sebagai bagian dari strategi mengorganisir pergerakan progresif di Indonesia sejak awal abad ke-20. Nama kelompok ini merupakan gabungan dari “kelas liar” dan “arsip”. Berangkat dari penelitian Umi Lestari, pada tahun 2022 Kelas Liarsip menelusuri kehidupan dan karya pembuat film Ratna Asmara (1913–1968) yang semasa hidupnya bekerja dan berkelana di kepulauan Nusantara dan Asia Tenggara.

 

Speakers
Efi Sri Handayani (Kelas Liarsip)
Umi Lestari (Kelas Liarsip)
Feby Indirani (Author and Researcher on Feminism)

 

Moderator
Gietty Tambunan (Lecturer at Universitas Indonesia, Film Committee – Jakarta Arts Council)

 

Friday, October 14, 2022 at 4 - 5 pm | Galeri Cipta 1 Taman Ismail Marzuki

Mandabi

Ousmane Sembène | Drama | 1968 | 92  min | France, Senegal | Sub : English | 13+

 

Seorang laki-laki Senegal yang sedang menganggur dikirimi uang oleh keponakannya. Sayangnya, si paman tidak punya kartu identitas untuk mencairkan kiriman tersebut. Ia mencoba mendapatkan kartu, tapi terhambat karena ketiadaan akta lahir. Untuk memperoleh dokumen berharga ini, ia harus difoto dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya. Pengembaraan laki-laki malang yang ibarat mimpi buruk di dalam dunia birokrasi Afrika yang menyerupai sarang lebah itu adalah bagian dari rencana sang keponakan untuk menghindari kewajiban melunasi utang yang lama telah ia tunda.

 

Awards:
Nominee Golden Spike, Best Film Valladolid International Film Festival 1969

Beirutu al Lika

Borhane Alaouié | Drama | 1981| 125  min | Lebanon, Tunisia | Sub : English | 13+

 

Beirut, 1977, Zeina (Nadine Acoury) hendak meninggalkan negerinya, seperti yang dilakukan banyak orang Libanon hari ini. Haydar (Haitham El Amine) belum lama tinggal di kota itu; ia harus meninggalkan desanya karena perang saudara. Keduanya sudah lama tidak saling bertemu, walaupun masih ada sedikit rindu. Sifat hubungan mereka–entah persahabatan, asmara, atau sesuatu di antara keduanya–sengaja dibiarkan samar oleh sutradara, Borhane Alaouié, yang meninggal pada September. Kamera mengikuti keduanya selama sekitar 24 jam, melewati titik-titik pemeriksaan dan reruntuhan, terjebak dalam kemacetan, menunggu sia-sia di kafe. Ketegangan muncul dari pertanyaan apakah mereka berhasil saling berjumpa untuk terakhir kalinya.

 

Awards:
Nominee Golden Berlin Bear, Berlin International Film Festival 1982
Nominee, Golden Lion, Venice Film Festival 1981